YAKINKAN DIRI, KAMU TAK SALAH JURUSAN.!
Semua berawal dari akhir masa SMA,
dimana banyak alumni yang datang ke sekolah untuk mempromosikan Universitas. Pada
saat itu saya tertarik dengan mahasiswa IPB yang datang ke sekolah kami dan
membawa sebuah boneka tanah tumbuh rambut seperti rumput dikepalanya. Salah
satu dari mereka bilang “pertanian itu tidak hanya disawah, tetapi bisa jadi
wirausaha dengan menciptakan produk yang belum pernah ada dan peluang masuk pertanian
juga sangat besar, dengan jumlah penerimaan sekitar 50% untuk jalur snmptn dan
sisanya untuk smbptn dan mandiri.”. Ucapan mereka sangat meyakinkan, membuat
saya secara diam-diam menelusuri tentang pertanian mulai dari jurusan, peluang
masuknya, dan univ mana saja yang ada pertaniannya. Hingga akhirnya sayapun berkonsultasi dengan orangtua
tentang jurusan yang akan saya pilih. Memang pada awalnya mereka sempat tidak
mengijinkan karena mereka tahu cita-cita saya sejak kecil adalah menjadi
seorang guru matematika. Dengan sedikit rayuan dan perjanjian bahwa untuk jalur
snmptn saya yang menentukan jurusan dan univeristas apa yang saya inginkan,
tetapi jika jalur Snmptn tidak lulus maka saya harus mengikuti kemauan orang
tua dijalur Sbmptn. Perjanjian tidak tertulis disepakati oleh kedua orangtua
saya, pada jalur Snmptn saya memilihi Manajemen Hutan IPB dan Kehutanan UGM,
alasannya kedua jurusan tersebut masih jarang peminat pada saat itu dan passing
gradenya tidak terlalu tinggi, selain itu tidak banyak manusia yang ingin
mendalami tentang hutan. Padahal hutan adalah salah satu tempat penghasil
oksigen terbesar, yang kaya akan keanekaraman flora dan fauna.
Saat pengumuman Snmptn, saya menangis
karena tidak lulus di dua perguruan tinggi di tersebut, itu berarti saya harus
mengikuti keinginan kedua orang tua saya untuk memilih Universitas Negri yang mereka
inginkan, yaitu Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (UNTIRTA). Namun mereka
masih memberikan kebebasan kepada saya untuk memilih jurusan yang saya inginkan.
Kali ini saya mencoba memilih jurusan Agribisnis, Teknik sipil dan PGSD dari
ketiga pilihan jurusan tersebut, jurusan yang paling saya inginkan adalah
Agribisnis. Karena menurut sumber informasi, Agribisnis itu mempelajari tentang
berwirausaha dalam dunia pertanian, hal tersebut yang membuat Agribisnis diurutan
pertama diantara jurusan lain. Sedangkan teknik sipil itu keinginan ibu, dia
ingin saya nantinya bekerja di Pemerintahan dan PGSD adalah keinginan papah,
dia bilang itu cita-cita kamu waktu kecil. Pada saat pengumuman Sbmptn saya
sempat tidak mau melihatnya karena takut tidak lulus lagi, namun orangtua
memaksa untuk segera melihatnya. Ketika tulisan “selamat anda keterima di
Agribisnis Untirta”, saya beryukur Alhamdulillah karena keterima di jurusan
yang di inginkan.
Namun pada awal perkuliahan, sebagian
besar teman-teman bilang bahwa mereka salah masuk jurusan, mungkin mereka
memasukan Agribisnis UNTIRTA sebagai pilihan terakhir sehingga mereka bilang
seperti itu, lalu bagaimana dengan saya yang memilih Agribisnis UNTIRTA dipilihan
pertama?. Jujur saya menjadi ragu dengan pilihan saya ini, karena pelajaran
yang akan saya pelajari lebih membahas tentang “Ekonomi-Sosial” sedangkan
ketika di SMA saya mendalami “IPA” sangat bertolak belakang. Mencoba memahami
setiap pelajaran dan keyakinan yang diberikan oleh para kakak tingkat
bahwasannya kita tidak salah jurusan. Satu kejadian membuat saya sadar bahwa
saya tidak salah jurusan yaitu ketika latihan manajemen kepemimpinan dalam
suasana dini hari dan ditemani sebuah lilin, saya ditanya “bagaimana kondisi
pertanian di sekitar tempat tinggalmu, apa yang sudah kamu lakukan, dan apakah
kamu mau diam saja melihat pertanian seperti itu?”. Sebuah pertanyaan yang
mengiris hati. Banyak lahan pertanian yang dialih fungsi lahan menjadi
perumahan atau ruko-ruko. Saat ini saya hanya menjadi penonton tergerusnya
lahan-lahan tersebut tetapi saya janji akan mengumpulkan uang untuk membeli
sawah. Janji kepada Tuhan, teman-teman dan Kaka tingkat yang meyakinkan saya bahwa
saya tidak salah masuk jurusan, karena pertanian butuh pergerakan kita untuk
bisa bertahan dan kita butuh pertanian untuk hidup.
Setelah saya yakin akan terhadap jurusan
yang saya pilih, sekarang saya aktif mengikuti beberapa organisasi, namun saya
sadar dukungan finansial dari orang tua tidak akan bisa seterusnya mendukung
pendidikan dan kegiatan saya. Diusia ayah sudah menginjak kepala 6, seharusnya
beliau sudah pensiun, menikmati masa tuanya di rumah. Namun beliau memilih
untuk menambah masa kerjanya untuk membiayai ketiga anaknya. Disamping itu, Ibu
sudah lama bekerja untuk membantu ayah. Mereka berdua berangkat pagi dan pulang
sore, terkadang mereka tak sempat sarapan. Dengan aktifitas seperti itu setiap
hari, kini kondisi fisik mereka mulai melemah, ketika pulang kerja mereka
langsung tiduran di depan tv kemudian meminta pijit kepada anak-anaknya. Mereka
bekerja keras agar dapat membiayai ketiga anaknya secara adil, maka uang saku
kamipun disamaratakan walaupun saya memiliki kegiatan yang lebih banyak dari dua
saudara saya. Sisa pendapatan mereka tiap bulan dikumpulkan untuk biaya
semesteran yang berjumlah sekitar 7-8juta. Oleh karena itu, saya ingin mendapat
beasiswa ini, saya ingin kuliah tanpa membebani orang tua. Perih rasanya saat mengetahui
tentang berapa jumlah yang telah mereka keluarkan untuk ketiga anaknya. Mulai sekarang
saya ingin membatu mereka, setidaknya saya telah melepaskan satu beban yang
mereka tanggung jika saya memperoleh beasiswa ini.
Dan ketika saya telah menjadi sarjana
Agribisnis, kedua orang tua saya sangat berharap agar saya bekerja di Dinas
pertanian, atau setidaknya menjadi Guru yang mengajarkan tentang alam. Semoga
dengan mewujudkannya, saya akan mampu membahagiakan kedua orang tua saya dan saya
bekerja sambil menabung mengumpulkan modal, untuk berwirausaha di sektor
agribisnis dimana kelak saya akan menciptakan lapangan kerja. Untuk mencapai
semua itu saya harus bisa menjadi anak muda yang pekerja keras, fokusnya kuat,
bukan yang sulit memulai tapi yang tidak bisa berhenti mencoba, tetap belajar
dengan rajin walau sedang malas, dan bersabar disertai doa yang tulus kepada
Tuhan.