Semester satu telah usai..
Semester dua pun menyambut dengan hangat..
Kuucapkan Terimakasih kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat-Nya lah, aku diberi kesempatan untuk menghirup udara sejuk dan merasakan indahnya bangku kuliah disemester dua. Sepercik harapan dan doa pun terucap dalam hati, “Semoga semester ini lebih baik dari semester kemarin dan semoga semester ini tidak sering kesiangan lagi seperti yang semester satu kemarin yang setiap hari kesiangan." *aamiin*
seberkas cahaya diufuk timur telah menampakan cahyanya, suara koar-koaran ayam dari luar rumah tak terdengar dengan jelas, suara itu terkalahkan oleh suara sahutan "Dania, bangun.. liat ini sudah jam berapa?" itu adalah suara Ibu dan Ayah yang saling sahut menyahut bergantian memanggil namaku,, suaranya terdengar lantang dan tegas ketika menyadari diriku masih tergelatak diatas tempat tidur.
Entah sahutan keberapa yang berhasil membuatku beranjak dari tempat tidur dengan nyawa baru terkumpul sedikit dan mata yang masih terpejamkan, ku coba langkahkan kaki dengan tergopoh-gopoh menuju sebuah suara gemericik air yang terdengar jelas, ruang itu berisi tetesan air bisa dibilang ruangan itu surganya air, yak itulah kamar mandi. Langkah ku terhenti tepat diambang pintu, perlahan-lahan ku bukakan mata, memandangi sekeliling ruangan itu, dan menemukan sebuah tong plastik berisi tetesan air yang keluar dari lubang air, keran. Aku melangkahkan kaki agar lebih dekat dengan tong plastik tersebut, bahkan hingga kini aku dan tong itu memang sangat dekat. Ku coba arahkan tanganku ke dalam tong, ku coba menyentuh isi dalam tong tersebut dengan perlahan-lahan,, “Aaauuu,, dingin,,” ucapku lirih secara spontan, kutarik tanganku saat menyentuh isi dalam tong tersebut. Ribuan tetesan air yang berkumpul menjadi satu itu mengejutkanku, membangunkanku dari ketidaksadaran, membuat semua nyawa berkumpul menjadi satu, "Ah, males nih kalau airnya dingin gini," lanjutku sambil menatap tong berisi air, “Hem, apa engga usah mandi aja yak?, ih tapi mas iya hari pertama ke kampus engga mandi?, terus gimana kalau besok airnya dingin lagi? Masa engga mandi lagi?, ah pokoknya harus mandi” perdebatan dalam hati pun segera di tampik, ia mencoba membasahai mulai dari kakinya, kedua tanggannya, hingga keseluruh tubuhnya dengan perlahan-lahan.
*25 menit kemudian*
“Dania udah selesai belum mandinya, liat jam udah jam enam, mau berangkat barsama Papah ga?” terdengar suara samar-samar dari luar kamar mandi, suara perempuan dengan nada tinggi.
“iya, mau bareng, ini lagi pake sabun.” Ucap Dania sambil mempercepat mandinya.
“yaudah cepet, ntar ditinggalin” lanjut perempuan itu. Kemudian tak ada suara lagi, mungkin perempuan itu sudah beranjak dari tempatnya.
Berbagai keluhan hinggap dibenak Dania. Hendak Ia ingin menyerah dan memikirkan “Bagaimana kedepannya?, Apakah bisa bertahan?, Hari pertama aja sudah seperti ini.” Lagi dan lagi Dania dengan cepat menampik perdebatan dalam hatinya.
****
“Tin,, tin,, tin” suara klakson kuda besi itu sejak tadi berbunyi di iringi suara “hayoo, cepat, udah siang nih, mau bareng engga?” ucap seorang lelaki, Ayah, dengan nada kesal yang sedari tadi sudah berada di luar rumah. Tak ada jawaban dari dalam rumah.
“kreekk” suara pintu terdengar cukup kencang, terlihat seorang perempuan muncul di balik pintu itu, Dania. Perempuan itu keluar dari dalam rumah, menutup pintu sambil mengucapkan
“Assalamualaikum” di ucapkan dengan nada khas Dania, Dania melihat Ayahnya sedang duduk di kuda besi itu, Ayahnya menatap Dania dengan wajah masam, hanya senyuman yang nampak diwajah Dania, senyum yang melihatkan seluruh giginya.
“Waalaikumsalam, hati-hati dijalan” teriak Ibu dari dalam rumah.
Dania menghampiri Ayahnya, menaiki kuda besi itu, dan Mereka pun berlalu, menjauhi rumah dengan kuda besi itu.
Di sepanjang perjalanan, Dania melihat ke sekelilingnya, udara yang sejuk dan masih sedikit berembun, “ah, jarang sekali ku temui embun saat” ucap lirih dania dalam hati, sesekali ia menatap beberapa motor yang berlalu dengan penumpang di belakangnya memakai seragam sekolah.
“loh, ko jalanan masih sepi?” ucap Dania sambil melihat jam tanggannya yang menunjukan pukul enam lebih tiga puluh, “pantes sepi, masih jam segini” lanjut Dania mengalihan pandangan dari jam yang ditangannya, Ia mencoba melihat sekelilingnya lagi.
*sampai kampus*
Jalanan masih terlihat sepi, tak banyak orang yang sudah datang sepagi ini, parkiran motor yang biasanya ramai, penuh dengan motor dan mobil kini baru nampak satu atau dua saja. Betapa sepinya pagi ini.. ditambah lagi ketika sampai gedung tak ada seorang pun yang ku temui, kecuali OB yang sedang membersih-bersihkan ruang kelas. Bisa di tebak hari ini pasti akan menjadi hari pertama yang membosankan, rasanya ingin cepat mengakhiri hari ini, mau pulang terus tidur lagi, melanjutkan mimpi yang sempat terpotong. Aku berjalan menuju ruang kelas, duduk di barisan depan, dekat papan tulis, kukeluarkan kertas coretan dan pulpen, lalu ku coret-coretkan keluh kesahku.
Setelah menunggu beberapa menit, yah kira-kira empat puluh lima menitanlah, satu persatu orang pada datang dan teman sekelasku pun datang, kulihat dari dua orang perempuan datang menghampiri kelas ini, mereka adalah eva dan fatia. Mereka tersenyum saat melihatku dan aku pun tersenyum, terdengar sedikit gaduh ketika para perempuan yang lama tak berjumpa kini berjumpa, saling bertanya tentang keadaan dan bertukar kisah selama berlibur.
Kini semua penghuni kelas telah datang, tidak semua tapi hampir semuanya, mungkin ada dari mereka yang pindah kelas atau kehabisan kouta untuk masuk kekelas dua B, para dosen pun silih berganti datang, hingga jam telah menujukan waktu jadwal matakuliah telah usai, dengan riang ku langkahkan kaki ruang kelas, menantikan sang kasur nan empuk dalam bayangan,
“dreett, dreet,, drett” suara ponsel tiba-tiba berbunyi. ku ambil ponsel dengan setengah gusar di dalam saku bajuku. Ku tatap layar di ponsel itu, ada sebuah pesan masuk dari kaka tingkat. Ku buka pesan singkat dan ku baca, “sore ini kita kumpul, ada rapat proker, ditunggu kehadirannya” wajah kecewa nampak di muka Dania, “yah engga bisa langsung pulang mencicipi kasur nan empuk, gagal nih ngelanjutin mimpinya” ucapku lirih dalam hati. Ku masukan kembali ponsel ke dalam saku baju, ku tatap sekeliling ruang, tatapanku terhenti ketika melihat segerombol perempuan yang sedang berkumpul. Ku hampiri mereka dan ku mulai menyapa satu persatu diantara mereka, mulai dari adis, indah, kiki, emma, fatia, dan eva. Ku tanyakan “apakah mereka mau kumpul ***?”, mereka menjawab “iya” dengan kompak kecuali emma, dia emang engga ikut ***. Kami pun beranjak dari tempat kami berkumpul menuju tempat yang di yang di jadikan tempat untuk merapatkan proker, tempatnya berada di luar kampus namun tak jauh dari kampus. Saat tiba disana kami
Lagi-lagi waktu berjalan dengan cepat, rapat telah usai, di penghujung rapat kami dibagikan sebuah baju yang bertuliskan “Untirta berkebun”.
Tak terasa magrib pun datang, suara adzan menggema dan kini kami masih berada ditempat rapat, ku lihat ke atas, ke langit, terlihat beberapa gerombolan burung membentuk huruf ‘v’ terbang diatasa kami dan tak henti ku tatap langit senja yang terukir indah “subhanallah lukisan-Mu sungguh indah” ucapku lirih dalam hati. :’)
Nikmati harimu, maka harimu akan lebih menyenangkan. Tak lupa ucapkan syukur “alhamdulillah” karena telah melewati hari ini dengan lancar dan penuh warna. Ingatlah selalu rencana Tuhan itu lebih baik dari rencana kita. Semoga semester ini berjalan lancar, rencana indahmu selalu ku tunggu, walaupun tak sesuai dengan harapanku tapi ku yakin itu pasti indah dengan menyelipkan nama-Mu di dalamnya..
Semester dua pun menyambut dengan hangat..
Kuucapkan Terimakasih kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat-Nya lah, aku diberi kesempatan untuk menghirup udara sejuk dan merasakan indahnya bangku kuliah disemester dua. Sepercik harapan dan doa pun terucap dalam hati, “Semoga semester ini lebih baik dari semester kemarin dan semoga semester ini tidak sering kesiangan lagi seperti yang semester satu kemarin yang setiap hari kesiangan." *aamiin*
seberkas cahaya diufuk timur telah menampakan cahyanya, suara koar-koaran ayam dari luar rumah tak terdengar dengan jelas, suara itu terkalahkan oleh suara sahutan "Dania, bangun.. liat ini sudah jam berapa?" itu adalah suara Ibu dan Ayah yang saling sahut menyahut bergantian memanggil namaku,, suaranya terdengar lantang dan tegas ketika menyadari diriku masih tergelatak diatas tempat tidur.
Entah sahutan keberapa yang berhasil membuatku beranjak dari tempat tidur dengan nyawa baru terkumpul sedikit dan mata yang masih terpejamkan, ku coba langkahkan kaki dengan tergopoh-gopoh menuju sebuah suara gemericik air yang terdengar jelas, ruang itu berisi tetesan air bisa dibilang ruangan itu surganya air, yak itulah kamar mandi. Langkah ku terhenti tepat diambang pintu, perlahan-lahan ku bukakan mata, memandangi sekeliling ruangan itu, dan menemukan sebuah tong plastik berisi tetesan air yang keluar dari lubang air, keran. Aku melangkahkan kaki agar lebih dekat dengan tong plastik tersebut, bahkan hingga kini aku dan tong itu memang sangat dekat. Ku coba arahkan tanganku ke dalam tong, ku coba menyentuh isi dalam tong tersebut dengan perlahan-lahan,, “Aaauuu,, dingin,,” ucapku lirih secara spontan, kutarik tanganku saat menyentuh isi dalam tong tersebut. Ribuan tetesan air yang berkumpul menjadi satu itu mengejutkanku, membangunkanku dari ketidaksadaran, membuat semua nyawa berkumpul menjadi satu, "Ah, males nih kalau airnya dingin gini," lanjutku sambil menatap tong berisi air, “Hem, apa engga usah mandi aja yak?, ih tapi mas iya hari pertama ke kampus engga mandi?, terus gimana kalau besok airnya dingin lagi? Masa engga mandi lagi?, ah pokoknya harus mandi” perdebatan dalam hati pun segera di tampik, ia mencoba membasahai mulai dari kakinya, kedua tanggannya, hingga keseluruh tubuhnya dengan perlahan-lahan.
*25 menit kemudian*
“Dania udah selesai belum mandinya, liat jam udah jam enam, mau berangkat barsama Papah ga?” terdengar suara samar-samar dari luar kamar mandi, suara perempuan dengan nada tinggi.
“iya, mau bareng, ini lagi pake sabun.” Ucap Dania sambil mempercepat mandinya.
“yaudah cepet, ntar ditinggalin” lanjut perempuan itu. Kemudian tak ada suara lagi, mungkin perempuan itu sudah beranjak dari tempatnya.
Berbagai keluhan hinggap dibenak Dania. Hendak Ia ingin menyerah dan memikirkan “Bagaimana kedepannya?, Apakah bisa bertahan?, Hari pertama aja sudah seperti ini.” Lagi dan lagi Dania dengan cepat menampik perdebatan dalam hatinya.
****
“Tin,, tin,, tin” suara klakson kuda besi itu sejak tadi berbunyi di iringi suara “hayoo, cepat, udah siang nih, mau bareng engga?” ucap seorang lelaki, Ayah, dengan nada kesal yang sedari tadi sudah berada di luar rumah. Tak ada jawaban dari dalam rumah.
“kreekk” suara pintu terdengar cukup kencang, terlihat seorang perempuan muncul di balik pintu itu, Dania. Perempuan itu keluar dari dalam rumah, menutup pintu sambil mengucapkan
“Assalamualaikum” di ucapkan dengan nada khas Dania, Dania melihat Ayahnya sedang duduk di kuda besi itu, Ayahnya menatap Dania dengan wajah masam, hanya senyuman yang nampak diwajah Dania, senyum yang melihatkan seluruh giginya.
“Waalaikumsalam, hati-hati dijalan” teriak Ibu dari dalam rumah.
Dania menghampiri Ayahnya, menaiki kuda besi itu, dan Mereka pun berlalu, menjauhi rumah dengan kuda besi itu.
Di sepanjang perjalanan, Dania melihat ke sekelilingnya, udara yang sejuk dan masih sedikit berembun, “ah, jarang sekali ku temui embun saat” ucap lirih dania dalam hati, sesekali ia menatap beberapa motor yang berlalu dengan penumpang di belakangnya memakai seragam sekolah.
“loh, ko jalanan masih sepi?” ucap Dania sambil melihat jam tanggannya yang menunjukan pukul enam lebih tiga puluh, “pantes sepi, masih jam segini” lanjut Dania mengalihan pandangan dari jam yang ditangannya, Ia mencoba melihat sekelilingnya lagi.
*sampai kampus*
Jalanan masih terlihat sepi, tak banyak orang yang sudah datang sepagi ini, parkiran motor yang biasanya ramai, penuh dengan motor dan mobil kini baru nampak satu atau dua saja. Betapa sepinya pagi ini.. ditambah lagi ketika sampai gedung tak ada seorang pun yang ku temui, kecuali OB yang sedang membersih-bersihkan ruang kelas. Bisa di tebak hari ini pasti akan menjadi hari pertama yang membosankan, rasanya ingin cepat mengakhiri hari ini, mau pulang terus tidur lagi, melanjutkan mimpi yang sempat terpotong. Aku berjalan menuju ruang kelas, duduk di barisan depan, dekat papan tulis, kukeluarkan kertas coretan dan pulpen, lalu ku coret-coretkan keluh kesahku.
Setelah menunggu beberapa menit, yah kira-kira empat puluh lima menitanlah, satu persatu orang pada datang dan teman sekelasku pun datang, kulihat dari dua orang perempuan datang menghampiri kelas ini, mereka adalah eva dan fatia. Mereka tersenyum saat melihatku dan aku pun tersenyum, terdengar sedikit gaduh ketika para perempuan yang lama tak berjumpa kini berjumpa, saling bertanya tentang keadaan dan bertukar kisah selama berlibur.
Kini semua penghuni kelas telah datang, tidak semua tapi hampir semuanya, mungkin ada dari mereka yang pindah kelas atau kehabisan kouta untuk masuk kekelas dua B, para dosen pun silih berganti datang, hingga jam telah menujukan waktu jadwal matakuliah telah usai, dengan riang ku langkahkan kaki ruang kelas, menantikan sang kasur nan empuk dalam bayangan,
“dreett, dreet,, drett” suara ponsel tiba-tiba berbunyi. ku ambil ponsel dengan setengah gusar di dalam saku bajuku. Ku tatap layar di ponsel itu, ada sebuah pesan masuk dari kaka tingkat. Ku buka pesan singkat dan ku baca, “sore ini kita kumpul, ada rapat proker, ditunggu kehadirannya” wajah kecewa nampak di muka Dania, “yah engga bisa langsung pulang mencicipi kasur nan empuk, gagal nih ngelanjutin mimpinya” ucapku lirih dalam hati. Ku masukan kembali ponsel ke dalam saku baju, ku tatap sekeliling ruang, tatapanku terhenti ketika melihat segerombol perempuan yang sedang berkumpul. Ku hampiri mereka dan ku mulai menyapa satu persatu diantara mereka, mulai dari adis, indah, kiki, emma, fatia, dan eva. Ku tanyakan “apakah mereka mau kumpul ***?”, mereka menjawab “iya” dengan kompak kecuali emma, dia emang engga ikut ***. Kami pun beranjak dari tempat kami berkumpul menuju tempat yang di yang di jadikan tempat untuk merapatkan proker, tempatnya berada di luar kampus namun tak jauh dari kampus. Saat tiba disana kami
Lagi-lagi waktu berjalan dengan cepat, rapat telah usai, di penghujung rapat kami dibagikan sebuah baju yang bertuliskan “Untirta berkebun”.
Tak terasa magrib pun datang, suara adzan menggema dan kini kami masih berada ditempat rapat, ku lihat ke atas, ke langit, terlihat beberapa gerombolan burung membentuk huruf ‘v’ terbang diatasa kami dan tak henti ku tatap langit senja yang terukir indah “subhanallah lukisan-Mu sungguh indah” ucapku lirih dalam hati. :’)
Nikmati harimu, maka harimu akan lebih menyenangkan. Tak lupa ucapkan syukur “alhamdulillah” karena telah melewati hari ini dengan lancar dan penuh warna. Ingatlah selalu rencana Tuhan itu lebih baik dari rencana kita. Semoga semester ini berjalan lancar, rencana indahmu selalu ku tunggu, walaupun tak sesuai dengan harapanku tapi ku yakin itu pasti indah dengan menyelipkan nama-Mu di dalamnya..
No comments:
Post a Comment