Tuesday 11 August 2015

Essay Penerimaan Beasiswa Karya Salemba Empat.



YAKINKAN DIRI, KAMU TAK SALAH JURUSAN.!
Semua berawal dari akhir masa SMA, dimana banyak alumni yang datang ke sekolah untuk mempromosikan Universitas. Pada saat itu saya tertarik dengan mahasiswa IPB yang datang ke sekolah kami dan membawa sebuah boneka tanah tumbuh rambut seperti rumput dikepalanya. Salah satu dari mereka bilang “pertanian itu tidak hanya disawah, tetapi bisa jadi wirausaha dengan menciptakan produk yang belum pernah ada dan peluang masuk pertanian juga sangat besar, dengan jumlah penerimaan sekitar 50% untuk jalur snmptn dan sisanya untuk smbptn dan mandiri.”. Ucapan mereka sangat meyakinkan, membuat saya secara diam-diam menelusuri tentang pertanian mulai dari jurusan, peluang masuknya, dan univ mana saja yang ada pertaniannya.  Hingga akhirnya sayapun berkonsultasi dengan orangtua tentang jurusan yang akan saya pilih. Memang pada awalnya mereka sempat tidak mengijinkan karena mereka tahu cita-cita saya sejak kecil adalah menjadi seorang guru matematika. Dengan sedikit rayuan dan perjanjian bahwa untuk jalur snmptn saya yang menentukan jurusan dan univeristas apa yang saya inginkan, tetapi jika jalur Snmptn tidak lulus maka saya harus mengikuti kemauan orang tua dijalur Sbmptn. Perjanjian tidak tertulis disepakati oleh kedua orangtua saya, pada jalur Snmptn saya memilihi Manajemen Hutan IPB dan Kehutanan UGM, alasannya kedua jurusan tersebut masih jarang peminat pada saat itu dan passing gradenya tidak terlalu tinggi, selain itu tidak banyak manusia yang ingin mendalami tentang hutan. Padahal hutan adalah salah satu tempat penghasil oksigen terbesar, yang kaya akan keanekaraman flora dan fauna.
Saat pengumuman Snmptn, saya menangis karena tidak lulus di dua perguruan tinggi di tersebut, itu berarti saya harus mengikuti keinginan kedua orang tua saya untuk memilih Universitas Negri yang mereka inginkan, yaitu Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (UNTIRTA). Namun mereka masih memberikan kebebasan kepada saya untuk memilih jurusan yang saya inginkan. Kali ini saya mencoba memilih jurusan Agribisnis, Teknik sipil dan PGSD dari ketiga pilihan jurusan tersebut, jurusan yang paling saya inginkan adalah Agribisnis. Karena menurut sumber informasi, Agribisnis itu mempelajari tentang berwirausaha dalam dunia pertanian, hal tersebut yang membuat Agribisnis diurutan pertama diantara jurusan lain. Sedangkan teknik sipil itu keinginan ibu, dia ingin saya nantinya bekerja di Pemerintahan dan PGSD adalah keinginan papah, dia bilang itu cita-cita kamu waktu kecil. Pada saat pengumuman Sbmptn saya sempat tidak mau melihatnya karena takut tidak lulus lagi, namun orangtua memaksa untuk segera melihatnya. Ketika tulisan “selamat anda keterima di Agribisnis Untirta”, saya beryukur Alhamdulillah karena keterima di jurusan yang di inginkan.
Namun pada awal perkuliahan, sebagian besar teman-teman bilang bahwa mereka salah masuk jurusan, mungkin mereka memasukan Agribisnis UNTIRTA sebagai pilihan terakhir sehingga mereka bilang seperti itu, lalu bagaimana dengan saya yang memilih Agribisnis UNTIRTA dipilihan pertama?. Jujur saya menjadi ragu dengan pilihan saya ini, karena pelajaran yang akan saya pelajari lebih membahas tentang “Ekonomi-Sosial” sedangkan ketika di SMA saya mendalami “IPA” sangat bertolak belakang. Mencoba memahami setiap pelajaran dan keyakinan yang diberikan oleh para kakak tingkat bahwasannya kita tidak salah jurusan. Satu kejadian membuat saya sadar bahwa saya tidak salah jurusan yaitu ketika latihan manajemen kepemimpinan dalam suasana dini hari dan ditemani sebuah lilin, saya ditanya “bagaimana kondisi pertanian di sekitar tempat tinggalmu, apa yang sudah kamu lakukan, dan apakah kamu mau diam saja melihat pertanian seperti itu?”. Sebuah pertanyaan yang mengiris hati. Banyak lahan pertanian yang dialih fungsi lahan menjadi perumahan atau ruko-ruko. Saat ini saya hanya menjadi penonton tergerusnya lahan-lahan tersebut tetapi saya janji akan mengumpulkan uang untuk membeli sawah. Janji kepada Tuhan, teman-teman dan Kaka tingkat yang meyakinkan saya bahwa saya tidak salah masuk jurusan, karena pertanian butuh pergerakan kita untuk bisa bertahan dan kita butuh pertanian untuk hidup.
Setelah saya yakin akan terhadap jurusan yang saya pilih, sekarang saya aktif mengikuti beberapa organisasi, namun saya sadar dukungan finansial dari orang tua tidak akan bisa seterusnya mendukung pendidikan dan kegiatan saya. Diusia ayah sudah menginjak kepala 6, seharusnya beliau sudah pensiun, menikmati masa tuanya di rumah. Namun beliau memilih untuk menambah masa kerjanya untuk membiayai ketiga anaknya. Disamping itu, Ibu sudah lama bekerja untuk membantu ayah. Mereka berdua berangkat pagi dan pulang sore, terkadang mereka tak sempat sarapan. Dengan aktifitas seperti itu setiap hari, kini kondisi fisik mereka mulai melemah, ketika pulang kerja mereka langsung tiduran di depan tv kemudian meminta pijit kepada anak-anaknya. Mereka bekerja keras agar dapat membiayai ketiga anaknya secara adil, maka uang saku kamipun disamaratakan walaupun saya memiliki kegiatan yang lebih banyak dari dua saudara saya. Sisa pendapatan mereka tiap bulan dikumpulkan untuk biaya semesteran yang berjumlah sekitar 7-8juta. Oleh karena itu, saya ingin mendapat beasiswa ini, saya ingin kuliah tanpa membebani orang tua. Perih rasanya saat mengetahui tentang berapa jumlah yang telah mereka keluarkan untuk ketiga anaknya. Mulai sekarang saya ingin membatu mereka, setidaknya saya telah melepaskan satu beban yang mereka tanggung jika saya memperoleh beasiswa ini.
Dan ketika saya telah menjadi sarjana Agribisnis, kedua orang tua saya sangat berharap agar saya bekerja di Dinas pertanian, atau setidaknya menjadi Guru yang mengajarkan tentang alam. Semoga dengan mewujudkannya, saya akan mampu membahagiakan kedua orang tua saya dan saya bekerja sambil menabung mengumpulkan modal, untuk berwirausaha di sektor agribisnis dimana kelak saya akan menciptakan lapangan kerja. Untuk mencapai semua itu saya harus bisa menjadi anak muda yang pekerja keras, fokusnya kuat, bukan yang sulit memulai tapi yang tidak bisa berhenti mencoba, tetap belajar dengan rajin walau sedang malas, dan bersabar disertai doa yang tulus kepada Tuhan.