Sunday 21 February 2016

untukmu seorang teman.

bismillahirohmanirohim.

teruntuk teman yang telah bersama atau mengenal diani hampir tiga tahun silam.
waktu berjalan dengan cepat, engga terasa pertemanan kita sudah selama itu..

pertemanan yang ada kalanya kita berdekatan bagai seorang sahabat dan ada kalanya kita berteman namun bagaikan engga saling mengenal. hihihi
entahlah diani juga engga mengerti kenapa pertemanan kita bisa seperti ini..

pertemanan ini berawal dari pengkaderan salah satu organisasi eksternal.
Dimana saat itu seorang diani yang ingin sekali belajar public speaking lalu diajak untuk hadir dalam sebuah pertemuan organisasi tersebut. Sesampainya di pertemuan tersebut, ia berjumpa dengan teman-teman barunya, termasuk teman yang diani ceritakan di tulisan ini.
Dia yang diani kenal saat pertama kali termasuk orang yang mahir berbicara dan suka bercanda, namun bercandaannya itu kadang membuat diani berfikir 'ihh apaan sih'. hihihi *ini menurut diani, mungkin orang lain berbeda pandangan.*

beberapa kali sering ketemu namun kita masih dalam keadaan biasa aja, engga deket atau cukup saling tau nama aja.

diani lupa awal kedekatan pertemanan ini berawal dari mana tapi seinget diani..
Kedekatan pertemanan ini bermula pada saat dia tertimpa musibah dan dia berfikiran untuk mengakhiri kuliahnya.
tiba tiba menelpon dan bercerita dari a sampai z. dilanjut dengan bercerita tentang dia dan orang dimasa lalunya, tentang impiannya, tentang segala hal.
yaa mungkin dari situlah kedekatan pertemanan kita dimulai..

ketika pertemanan kita terasa sangat dekat, bagai lebih dari sahabat. Maka akan menimbulkan perasaan nyaman. Disitulah ada yang menanyakan sebuah kepastian.

tepat pada saat masa masa UAS, di kantin belakang. *setelah satu hampir satu semester berada di kampus. hari itu adalah hari dimana diani menginjakan kaki pertama kalinya di kantin belakang*

diani pergi bersama dua orang temannya, dia mengajak dua orang tersebut karena mereka berdua udah kenal sama orang yang lagi di ceritain ini. kini kita berempat. duduk dalam satu meja kosong.

entahlah diani lupa banget isi pembahasannya apa, yang diani inget hari itu kita membahas komitmen. *maaf yah.. bukan bermaksud melupakan.*

kejadian tersebut membuat pertemanan ini menjauh. iya emang diani akui, diani risih makanya menjauh.
Dari situ kita berdua lost contac selama dua tahunan kurang, jika bertemu seperti orang yang engga kenal tapi diani inget kejadian di kantin belakang itu.


dan beberapa waktu lalu..
dia mengirim pesan untuk mengajak ke sebuah seminar. kebetulan waktu itu jadwal kosong yaa walaupun ada jadwal jalan sama keluarga tapi kalo acara seminar pasti diani luangin waktu untuk datang ko, siapapun orang yang ngajak ke seminar diani mau ikut.

Mungkin itu adalah awal kedekatan pertemanan kita kembali hari itu dari pagi sampai sore bareng bareng mulu, mulai dari berangkat, pulang, makan, ngobrol tentang kemana aja, nilai gimana, sekarang lagi sibuk apa dan menertawakan segala hal yang kita anggap ribet, sulit, susah, pusing.

pertemanan kita pun kini semakin deket. kenangan di kantin belakang yang mulai sirna malah muncul lagi. -,-
dan kali ini diani inget isi komitmen tersebut ialah kita engga pacaran. tapi kalo emang mau kita bisa kok pacaran atau apapun itu namanya entah teman berkomitmen. yah itu yang diani inget.
--
iseng menanyakan tentang perbincangan kantin belakang.
'masih inget dengan percakapan di kantin belakang? waktu kita masih polos. tentang komitmen.'
'yang mana itu?.' ujar dia
'lelaki sejati engga pernah menarik ucapannya.' dia melanjutkan ucapannya.

dari jawaban itu diani tau dia masih menginggatnya. selang beberapa waktu dia menanyakan hal seperti ini.

'ni masih perlu komitmen?'
kini dia yang gantian bertanya-tanya tentang hal tersebut. Seakan engga mau di kulik kulik dan merasa takut karena belum siap, diani hanya jawab singkat dan lebih baik pura pura melupakan.

'engga ngerti.'
dia pun menjelaskan yang sering banget diani lupa. walaupun hanya beberapa kata seperti 'dulukan mau pacaran. kalo emang mau kapan?'

pertanyaan itu membuat diani semakin inget apa aja yang di bahas ketika di kantin belakang itu bukan cuma engga mau pacaran dan kalo mau pacaran kita bisa pacaran atau apapun itu namanya, seperti teman berkomintmen. Tetapi dulu diani sempet bilang kalo mau pacaran paling sebelum lulus atau masa masa lagi nyusun. biar ada semangat dan nemenin wisudaan, kerja satu tahun, dan nikah. engga usah nyari nyari lagi.

Itu adalah perbincangan tiga tahun lalu. lagi dan lagi diani meyakinkan diri bahwasannya tiga tahun itu waktu yang singkat.
Jikalau saat ini ditanyakan 'kapan mau pacaran?' jelas jawabannya akan berbeda dari tiga tahun lalu. karena saat ini diani lagi menikmati kesendirian dan takut memilih (apa yang diani pilih saat ini. bukan lagi untuk main main. so harus nyari yang bener bener pas dan kata temen yang pernah pacaran lima tahun bilang 'biar hati yang bergerak sendiri. engga usah buru buru.')

untuk teman yang telah mengenal diani hampir tiga tahun. terimakasih telah menghadirkan kisah seperti ini.. satuhal yang harus kita yakin "kita masih bisa saling mendukung satu sama lain dalam mencapai impian kita masing masing."