Sunday 27 September 2015

"lingkungan perumahan itu lebih kejam dibanding dengan lingkungan pedesaan??" 

"lingkungan perumahan itu lebih kejam dibanding dengan lingkungan pedesaan??"

Mereka yang tinggal di perumahan, biasanya orang orang dari keluarga yang berpendidikan cukup, dari pendidikan mereka yang saya rasa cukup itu seharusnya mereka dapat bertutur kata dan bersikap lebih baik. Namun pada kenyataannya pendidikan tinggi tidak bisa menjamin sikap, prilaku seseorang.
 saya menulis ini karena saya sendiri pernah di buat nangis oleh ucapan para tetangga. ada beberapa tetangga saya pindah karena memang ga tahan dengan ucapan para tetangganya sendiri.

kami sekeluarga bukan orang yang suka ngumpul, ngobrol dan bergosip ria di depan rumah atau di lingkungan, sesekali kami ikut bergabung untuk mendapatkan informasi terbaru di lingkungan.. namun jika terlalu lama orang tua saya berkumpul dengan mereka saya langsung menarik mereka supaya cepat masuk ke rumah *kalian taulah bergosip itu ga ada abisnya*. Sebenarnya ada keuntungannya kita tidak terlalu sering berkumpul, yaitu mereka jadi segan ke kita alias tidak berani blak-blakan berbicara menyindir atau becanda yang keterlaluan dan untungnya lagi orang tua saya selalu positif menanggapi sindiran mereka.. :)
namun ada saja beberapa kejadian yang bikin saya enggan bahkan pikir berkali kali untuk bergabung dengan mereka..

pada saat itu awal tahun 2014, dimana arisan awal tahun 2014 di buka..
Mamah seorang pegawai yang rutinitasnya adalah pulang jam sekitar jam 5 sore, baru saja sampai dirumah.

"bu sarim, arisan yuk" suara itu terdengar dari luar rumah.
"iya bu, duluan." mamah bergegas menghampiri sumber suara. setelah itu masuk lagi ke dalam rumah.

"ni, bayarin arisan gih, mamahnya capek nih baru pulang." ucap mamah meminta tolong kepadaku.

"ga mau ah mah, itu ibu-ibu doang." ucap diani menolak tawaran mamah.

"mamah kasih 50rb deh.. nih bayarin" ucap mamah dengan memohon.

"yaudah mah, sini mana uang untuk bayar arisannya." setelah dapat uang untuk membayar arisan saya pun langsunh bergesas pergi ke tempat arisan itu dilaksanakan.

*sesampainya disana*
"ibu, ini mau bayar punya mamah." memberi uang kepada bendahara arisan.
setelah itu saya dapat snack, dan duduk di dekat pintu keluar untuk menunggu pengocokan arisan.
disela-sela menunggu ada ibu-ibu yang berbicara.

"neng, mamahnya mana?" saya lupa siapa yang bertanya demikian.

"mamah dirumah lagi nonton tv, baru pulang kerja." jawab saya sambil tersenyum.

"enak amat yah, lagi nonton tv.. nantilah saya juga bulan depan nyuruh anak saya aja yang ikutan arisan."

"lah, saya mau nyuruh anak saya udah ga tinggal sama saya lagi, udah pada nikah semua." sahut ibu-ibu yang lain.

"ibu-ibu, inikan acara ibu-ibu, bukan acara anak-anak. Masa yang datang anak-anaknya, ini arisan serius dan kita disini kumpulkan ada beberapa pembahasan penting." sepertinya dia ketuanya.

"nah iya tuh betul, bukan acara anak-anak." sahut seorang ibu.

"Sekarang mah gini aja, kita bikin peraturan. bahwasannya kalo serius ikut arisan yahh harus datang tiap bulan ke perkumpulan, ga bisa diwakilin dengan anaknya, orang lain atau suaminya."

"iya setuju,setuju.." sahut ibu-ibu yang lain.

"mamah diani kan kerja, mungkin dia capek pulang kerja. ibu-ibu ini kan ga kerja. yahh bisa aja kumpul." tetangga depan rumah membela saya.

"saya juga capek, habis masak, ngurus anak. tapi masih bisa tuh ke sini luangin waktu." sahut seorang ibu di depan saya.

"udah ni, jangan di dengerin." bisik tetangga depan rumah ke telingga saya. saya hanya mengangguk dan membalas senyuman.

remuk, hancur, pedih rasanya di caci maki seperti itu dan mereka anggap semua itu lulucon karena setiap mereka berbica diakhiri dengan tawa kecil. Saya tahan air mata yang ingin tumpah. Air mata saya ga cocok untuk mereka liat. Saya strong kok.. *menguatkan diri.*

hampir 1 jam saya ditempat itu mendengarkan mereka bergosip ria. seakan ga ada yang tersakitin dari ucapan mereka. Akhirnya saya pulang. Lari sekencang-kencangnya agar cepat sampai rumah. Dan menangis sejadi-jadinya di rumah. Mamah yang melihat saya langsung nangis pun bertanya-tanya.

"kenapa ni?, kamu diapain sama mereka?" ucap mamah khwatir. dan saya menjelaskan semua yang saya dengar disana.

"ih mereka itu yah.. mereka itukan ibu-ibu sedikit kerjaannya. bisa punya waktu buat kumpul bergosip segala macam. nah kalo mamah kan punya waktu luang seringnya di pakai buat istirahat. yaudah bulan depan datang ke arisan langsung terus mamah bilangin kejadian ini." sambil mengelus-ngelus punggung diani.

"jangan mah, ga enak sama mereka.."

"ih biar merekanya kapok ni."

tak ada tanggapan dari diani. dia melanjutkan tangisannya.

*seharusnya prilaku dan perkataan bisa mereka jaga, karena tidak pantas jika hal seperti terjadi dan di dengar untuk anak-anak seperti kami. Bisa saja kelak kita meniru atau malah membenci orang yang telah berkata kasar terhadapnya. Tapi satuhal, dimanapun kamu berada buat orang lain menjadi positif bukan negatif. jangan luap kita tidak tahu perasaan seseorang. apakah mereka seneng atau tidak dengan ucapan yang bernada candaan. hati seseorang tidak ada yang tau. maka jagalah lisanmu.

Thursday 24 September 2015

Tentang Percakapan Masa Depan.

pada saat itu umur saya masih 17 atau 18 tahun, duduk di bangku kelas 3 SMA.
 Layaknya kebanyakan perempuan ketika berkumpul pasti membicarakan satu hal ke hal yang lain.. mulai dari bergosip sampai ke planing di masa depan..
obrolan kami pada saat itu ingin lulus dan masuk universitas negri yang kami inginkan.. entah kenapa obrolan kami ini berlanjut ke arah planing menikah..

ruang kelas tampak sepi.. sebagian siswa-siswi sedang ke kantin hanya beberapa orang saja yang berada di ruang kelas. salah satunya saya dan maya. *setting ruang diani lupa, kayanya bukan di kelas deh.. soalnya kalo di kelas percakapan ini ada 3 orang yaitu diani, maya dan anita. Tapi seingat diani anita ga ada. malah diani menyampaikan percakapan ini ke anitanya langsung setelah anitanya muncul. jadi maaf kalo ada kesalahan dalam tulisan. penulis hanya ingat apa yang di bicarakan.*

"eh,, mau nikah di umur berapa?" ucap salah satu dari kami.. saya lupa siapa yang mulai tapi pada saat itu saya sama sekali belum kepikiran tentang pernikahan. karena saya berpikij itu masih lama.

"mungkin antara 23, 24, 25 tahun.. soalnya biasanya orang nikah umuran segitu. lagian juga mau bahagian orang tua dulu may." ucap saya sambil menggaruk-garukan kepala.

"ih ni, jgn tua-tua kalo nikah.. biar ga kesulitan saat punya anak, biar umur anaknya juga ga terlalu jauh dari kita" ucap maya meyakinkan diani..

"emang kalo maya mau umur berapa?"

"maunya mah umur 23thn.. nih ni kalo di itung-itung kan sekarang umurnya 18thn terus kuliah maksimal 4thn berarti umur kita udah 22thn saat wisuda, pada saat wisuda kita udah punya calon ni" ucap maya.
 *calon??, mungkin enak yahh wisudaan sama calon*

"nah setelah lulus terus kita kerja selama satu tahun buat ngumpulin modal nikah, jgn sampai kita udah nikah masih tinggal dirumah orang tua apalagi nikahnya di biayain orang tua.." lanjut maya

"udah satu tahun kerja umur kita pas tuh ni 23thn. yah kalo engga 24thnlah saat nikah, yang penting jangan lebih dari 25thn." lanjut maya

"terus may, kapan ngebahagiain orang tuanya?? kita kan pengen ngebahagia mereka."

"ni, ngebahagiain orang tua masih bisa walaupun udah nikah.. lagian kalo kita tetep tinggal sama orang tua bukannya kita malah semakin ngerepotin mereka?. kita kan harus hidup mandiri ni."

"iya may.."
obrolan kamipun berakhir..
setelah obrolan tadi saya membuat rencana seperti itu..
dari percakapan itu saya memahami. harus lulus maksimal 4tahun agar sesuai dengan rencana dan tidak perlu membayar ukt terlalu banyak..
selain itu target bekerja setelah lulus harus diterapkan. karena semakin lama kita blm mendapat pekerjaan, maka semakin jauh dari target menikah dan membahagiakan orang tua..
hidup mandiri tanpa bantuan orang tua, dan malah seharusnya memberi apa yang mereka butuhkan, bukan sekedar uang. tapi kebahagian dan kesenangan di masa senja.

pikiran kita pada saat masih lurus tak memikirkan berbagai rintangan.. ketika rindangan datang mungkin itu akan membuat rencana kita lebih bewarna dan nampak indah. setidaknya hal kecil seperti ini kita rencanakan.. kalaupun melenceng setidaknya tidak melenceng banget. karena kita punya patokan.

Tuesday 15 September 2015

Sistem Pertanian DI tinjau dari Ilmu Lingkungan (EKOLOGI TANAMAN)

M A K A L A H

EKOLOGI TANAMAN

“SISTEM PERTANIAN DITINJAU DARI ILMU LINGKUNGAN”

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekologi Tanaman

Disusun oleh :

Aep Saepudin
Awanda Putri
Diani Lupitasari
Dzulfikri Adha
Emma Aswarini

JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

2015 

                                                           
                                                            KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Sistem Pertanian Ditinjau dari Ilmu Lingkungan”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas untuk memenuhi nilai mata kuliah Ekologi Tanaman.

Makalah ini dapat terselesaikan berkat bantuan berbagai pihak, maka sepatutnya kami mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ibu Nurmayulis selaku dosen mata kuliah ekologi tanaman

2. Kedua orang tua dan keluarga kami yang tidak henti-hentinya memberi motivasi, dorongan, semangat serta doa yang tiada henti-hentinya.

3. Teman - teman seangkatan atas segala saran dan komentar yang diberikan selama pencaharian referensi makalah ini selesai.

Bantuan dan pengorbanan dari semua pihak semoga mendapat pahala yang setimpal dari Allah swt. Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pihak terutama bagi penulis. Apabila terdapat kesalahan dalam makalah ini, baik penulisan atau yang lainnya, kami memohon maaf yang sebesar-besarnya.

Serang, 25 Mei 2015

Penulis


                                                                       DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR.......................................................................................................................... ii

DAFTAR ISI........................................................................................................................................ iii

BAB I................................................................................................................................................... iv

PENDAHULUAN............................................................................................................................... iv

1.1. Latar Belakang.............................................................................................................................. iv

1.2. Rumusan Masalah........................................................................................................................ iv

1.3. Tujuan.......................................................................................................................................... iv


BAB II
PEMBAHASAN................................................................................................................................. 1

2.1. Ekosistem Alami dan Ekosistem Pertanian (Agroekosistem)..................................................... 1

2.2.  Berbagai Sistem Pertanian.......................................................................................................... 3


BAB III
PENUTUP.......................................................................................................................................... 8

3.1 Kesimpulan.................................................................................................................................. 8

3.2 Saran............................................................................................................................................ 8

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................ 9 

                                                                           BAB I

                                                                  PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sejarah pertanian adalah bagian dari sejarah kebudayaan manusia. Pertanian muncul ketika suatu masyarakat mampu untuk menjaga ketersediaan pangan bagi dirinya sendiri. Pertanian merupakan suatu kegiatan manusia yang termasuk di dalamnya yaitu bercocok tanam, peternakan, perikanan, dan kehutanan. Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industry atau sumber energy, serta untuk  Sebagian mata pencaharian penduduk Indonesia adalah adalah sebagai petani, sehingga sektor pertanian sangat penting untuk dikembangkan di Negara kita. Berbisnis dalam bidang sektor pertanian memang bukan hal yang mudah, namun juga bukan hal yang sulit untuk dilakukan dan dikembangkan. Berbisnis di bidang pertanian masih terbuka lebar dan luas, karena produk hasil pertanian masih sangat dibuthkan baik sebagai penyedia kebutuhan pangan, papan, sandang dan lainnya. Suatu peluang bisnis yang sangat menjanjikan jika anda mampu mengolah dan mengembangkannya. Untuk mengembangkan sektor pertanian di Indonesia ada beberapa cara untuk menerapkannya, diantaranya dengan sistem pertanian. Melalui sistem pertanian ini, nantinya anda dapat memilih dan memilah akan menggunakan sistem pertanian apa yang sesuai dan cocok dengan kondisi tempat anda. 

1.2. Rumusan Masalah

    1. Apakah yang dimaksud dengan ekosistem alami dan ekosistem pertanian?

    2. Bagaimanakah cara memahami sistem pertanian ditinjau dari ilmu lingkungan?

1.3. Tujuan

   1. Untuk mengetahui tentang Ekosistem Alami dan Ekosistem Pertanian

   2. Untuk mengetahui dan memahami system pertanian ditinjau dari ilmu lingkungan

                                                                                BAB II

                                                                       PEMBAHASAN



2.1. Ekosistem Alami dan Ekosistem Pertanian (Agroekosistem)

Di lapisan biosfer ada banyak macam dan bentuk ekosistem yang secara garis besar dapat kita bagi menjadi dua kelompok, yaitu ekosistem alami dan ekosistem binaan manusia. Ekosistem alami merupakan ekosistem yang pembentukan dan perkembangannya berjalan murni secara alami tanpa campur tangan manusia. Hutan tropis merupakan salah satu contoh ekosistem alami, yang saat ini oleh masyarakat dunia sedang diperjuangkan kelestariannya.

Sedangkan ekosistem binaan manusia adalah ekosistem yang proses pembentukan, peruntukan, dan pengembangannya ditunjukan untuk memenuhi kebutuhan manusia menjadi unsur yang sangat dominan. Ekosistem pertanian (agroekosistem) merupakan salah satu bentuk ekosistem binaan manusia yang perkembangannya ditujukan untuk memperoleh produk pertanian yang diperlukan untuk memenuhi keperluan manusia.

(Agroekosistem) adalah komunitas tanaman dan hewan yang berhubungan dengan lingkungannya (baik fisik maupun kimia) yang telah diubah oleh manusia untuk menghasilkan Pangan, pakan, serat, kayu bakar, dan produk- produk lainnya. Pengertian lain tentang agroekosistem adalah, bahwa agroekosistem merupakam  salah satu bentuk ekosistem binaan manusia yang bertujuan menghasikan produksi pertanian guna memenuhi kebutuhan manusia. Konsep agroekosistem adalah system ekologi yang terdapat didalam lingkungan pertanian, yang biasanya merupakan system alami yang terjadi setelah dibentuk oleh manusia.

Banyak jenis materi dan energy yang dimasukkan dari luar ke dalam ekosistem pertanian agar dapat diperoleh produktivitas biomassa yang tinggi yang sesuai dengan kualitas yang diinginkan manusia. 

Beberapa masukan dari luar antara lain dalam bentuk : 
1. Pupuk, pestisida (insektisida, fungisida, herbisida, rodentisida, dan lain-lain), zat pengatur tumbuh tanaman, dan bahan kimia pertanian lainnya.

2. Benih tau bibit

3. Tenaga manusia, tenaga ternak, minyak bumi, dan bentuk energy dari luar ekosistem lainnya.

4. Air pengairan untuk irigasi.


Meskipun berbagai teori evolusi umum juga berlaku di ekosistem pertanian, namun dibandingkan dengan ekosistem alami ada beberapa ciri dan sifat khas yang dimiliki oleh ekosistem pertanian, yaitu :
1. Agroekosistem sering tidak memiliki kontinuitas temporal. Keberadaannya dalam waktu yang terbatas dan sering mengalami perubahan iklim mikro yang mendadak sebagai akibat berbagai tindakan manusia seperti pengolahan tanah, pengairan, penyiangan, pembakaran, pemangkasan, aplikasi bahan-bahan kimia, dan tindakan budidaya lainnya.

2. Struktur agroekosistem di dominasi oleh jenis tanaman tertentu yang dipilih manusia dan itupun sering kali merupakan jenis tanaman baru yang dimasukkan ke dalam.

3. Sebagian besar agroekosistem tidak memiliki diversitas biotik dan genetic yang tinggi. Biasanya agroekosistem di dominasi oleh satu varietas tanman tertentu yang disenangi oleh petani karena produktivitas dan harganya yang menarik.

4. Tanaman umumnya mempunyai bentuk dan umur yang sama sehingga secara fenologis seragam terutama ditujukan untuk memudahkan pengelolaan.

5. Unsur-unsur hara untuk tanaman biasanya dimasukkan dari luar melalui pemupukan. Akibatnya jaringan tanaman menjadi kaya unsur dan banyak berair.

6. Pada agroekosistem lebih sering terjadi letusan hama, penyakit, dan masalah gulma. Sifat ini ada hubungannya dengan lima sifat agroekosistem tersebut di atas.

Dilihat dari suksesi ekologi struktur dan sifat ekosistem pertanian adalah seperti keadaan ekosistem pada tingkat awal suksesi. Karena diversifikasi rendah, susunan jaringan makanan juga lebih sederhana sehingga ekosistem menjadi kurang stabil. Dalam kondisi ekosistem yang kurang stabil seperti juga yang terjadi pada awal suksesi ekologi, ekosistem sangat mudah goncang oleh adanya gangguan baik berasal dari luar maupun dari dalam. Salah satu bentuk ketidakstabilan ekosistem adalah adanya letusan populasi organisme pengganggu seperti hama atau penyakit.


2.2.  Berbagai Sistem Pertanian

Selain lestari, serasi, dan mantap, suatu agroekosistem harus produktif sehingga dapat mengekspor produk ke luar system. Untuk dapat menyusun suatu system pertanian diperlukan:

1. Sumber daya alam

2. Sumber daya manusia

3. Kaitan-kaitan dengan berbagai komponen di luar system.

Sumberdaya alam adalah tanah, air, radiasi surya, iklim, secara umum tanaman, hewan, dan flora serta fauna lain yang berfaedah. Iklim adalah yang paling sukar diubah, dan oleh karena itu dibuat penentu utama. Air adalah factor penentu produktivitas system yang paling dapat diatur. Kesuburan tanah, sebagian kendala fisik tanah hamper semua komponen sumberdaya alam dapat dimanipulasikan.

Sumberdaya manusia adalah petani dengan keluarganya. Dia adalah pengusaha yang memanfaatkan sumberdaya alam dan berhubungan dengan lembaga-lembaga diluar system. Untuk ini diperlukannya pengetahuan dan informasi sebanyak mungkin hingga dapat dibuat keputusan-keputusan untuk mengelola usaha pertaniannya secara sebaik-baiknya, tidak berbeda dengan manajer sebuah pabrik. 

Dari luar system pertaniannya, petani memerlukan berbagai masukan. Energy, pupuk, pestisida, kredit, dan kemungkinan pemasaran produknya yang lancer merupakan yang terpenting. Aspek energy tambahan dan kredit pertanian untuk memungkinkan petani memperluas usahanya dan keluar dari cengkeraman kemiskinan, dirasakan merupakan masukan yang kurang ditangani. Sebagai usaha, pertanian harus dapat memproduksikan lebih banyak dari apa yang diperlukan petani dan keluarganya, dengan perkataan lain meninggalkan pertanian subsiten.

Di Indonesia sistem pertanain yang telah dilaksanakan terdiri dari berbagai sistem yang berbeda baik tingkat efisiensi teknologinya maupun tanaman yang di usahakan. Adapun sistem pertanian tersebut meliputi:

1. Sistem ladang
2. Sistem tegal pkarangan
3. Sistem sawah, dan
4. Sistem perkebunan


2.2.1 Sistem Ladang

Sistem pertanian ladang, yaitu usaha pertanian yang dilaksanakan di daerah-daerah yang imbangan tanah dan penduduknya masih memadai (penduduk masih jarang). Biasanya ladang ini dilaksanakan secara berpindah-pindah dan kembali ke tanah semula setelah 5 atau 10 tahun.

Sistem ini merupakan yang paling belum berkembang, suatu peralihan dari tahap pengumpul ke tahap penanam. Pengolahan tanah minimum sekali, produktivitas berdasarkan pada lapisan humus yang terbentuk dari sistem  hutan. Sistem ini hanya akan bertahan di daerah yang bependuduk jarang, dan sumber tanah tak terbatas. Tanaman yang diusahakan umumnya tanaman pangan, baik padi, ajgung maupun umbi-umbian.

Sistem ladang berpindah ini dapat mengakibatkan dampak negatif, diantaranya :

- Mengurangi luas hutan
- Kerusakan hutan
- Tanah menjadi tandus/lahan kritis
- Kebakaran hutan
- Pencemaran udara
- Banjir


2.2.2 Sistem Tegal Pekarangan

Sistem pertanian pekarangan, yaitu usaha pertanian yang dilaksanakan di sekitar rumah, umumnya merupakan usaha samping/sambilan dengan hasil berupa pangan tambahan, bumbu-bumbu, bahan bangunan, kayu bakar, bahan kerajinan, keperluan pribadi, dsb. Sistem ini berkembang di tanah-tanah kering, yang jauh dari sumber-sumber air yang sinambung. Sistem ini diusahakan setelah menetap lama, tetapi tingkatan pengusahaan juga rendah, untuk tegal umumnya tenaga kurang intensif dan pada keduanya tenaga hewan jarang digunakan. Tanaman-tanaman yang diusahakan terutama tanaman-tanaman yang tahan kekeringan dan pohon-pohonan


2.2.3 Sistem Sawah

Sistem pertanian sawah, yaitu usaha pertanian yang dilaksanakan pada sebidang tanah yang dibatasi oleh pematang/galengan.
Misalnya: - sawah berpengairan   - sawah tadah hujan

Padi membutuhkan air yang berlebihan, sehingga pengairannya memakai sistem air tergenang. Petani sawah biasanya tetap dan tidak berpindah-pindah, di samping mengandalkan pupuk, juga mengandalkan pengairan dari sungai/waduk walaupun tidak semua air sungai baik untuk pengairan. Misalnya sungai Merawu di daerah Banyumas yang tanahnya mengandung cadas dan lumpur sehingga jika endapannya menutup lapisan tanah sawah akan menyebabkan tanah kekurangan oksigen.

Sistem ini merupakan teknik budidaya yang tinggi, terutama dalam pengolahan tanah dan pengolahan air, sehingga tercapai stabilitas biologi yang tinggi, dengan demikian kesuburan tanah dapat dipertahankan. Ini dicapai dengan sistem pengairan yang sinambung dan drainase yang lambat. Sawah merupakan potensi besa untuk produksi pangan, baik padi maupun palawija.


2.2.4 Sistem Perkebunan

Sistem perkebunan adalah segala kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu pada tanah dan/atau media tumbuh lainnya dalam ekosistem yang sesuai, seperti mengolah, dan memasarkan barang dan jasa hasil tanaman tersebut, dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi, permodalan serta manajemen untuk mewujudkankesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan dan masyarakat.

Di daerah tropic dan subtropika mencakup komoditas tanaman semusim maupun tahunan. berikut adalah daftar komoditas perkebunan, menurut produknya:

1. Tanaman Industri Semusim

2. Tanaman Industri Tahunan

Tanaman tahunan adalah tanaman yang mampu tumbuh lebih dari dua tahun. Tanaman industry tahunan merujuk pada tanaman berkayu keras untuk membdakannya dengan semak dan rerumputan yang sebenarnya juga bisa dikatakan tanaman tahunan. Tanaman industry tahunan mampu dipanen beberapakali sebelum akhirnya mengalami penurunan hasil dan tidak lagi produktif. Contoh tanaman perkebunan tahunan yakni: karet, kulit dan batang kina, biji dan bubuk kopi, kakao.

Tanaman Semusim adalah tanaman yang hanya mampu tumbuh selama semusim pada tahun tersebut atau dapat dikatakan tanaman tahunan uang dapat dipanen cepat sebelum musim berakhir. jenis tanaman perkebunan semusim tidaklah sebanyak tanaman perkebunan tahunan. Contoh tanaman semusim yaitu: kapas, gula tebu. 

Sistem ini semakin berkembang karena diusahakan dengan orientasi ekspor. Sistem pertanian ini dulunya banyak dikelola oleh rakyat atau perkebunan rakyat maupun perkebunan rakyat maupun perkebunan besar (estate) yang dulu milik perusahaan asing dan sekarang kebanyakan perusahaan Negara, berkembang karena kebutuhan tanaman ekspor seperti karet, kopi, teh, kelapa sawit, dan coklat yang merupakan hasil utama. Dalam taraf tertentu, pengelolaannya merupakan yang terbaik. Akan tetapi dibandingkan dengan kemajuan di dunia berkembang, masih jauh ketinggalan.

                                                                             BAB III
                                                                          PENUTUP

 3.1 Kesimpulan

Ekosistem alami merupakan ekosistem yang pembentukan dan perkembangannya berjalan murni secara alami tanpa campur tangan manusia. Hutan tropis merupakan salah satu contoh ekosistem alami, yang saat ini oleh masyarakat dunia sedang diperjuangkan kelestariannya. Sedangkan ekosistem pertanian (agroekosistem) merupakan salah satu bentuk ekosistem binaan manusia yang perkembangannya ditujukan untuk memperoleh produk pertanian yang diperlukan untuk memenuhi keperluan manusia.

Untuk dapat memahami sistem pertanian dari ilmu lingkungan yang lestari, serasi, dan mantap, suatu agroekosistem yang produktif harus mengetahui faktor-faktor penyusun sistem pertanian, faktor-faktor tersebut diantaranya : sumber daya alam, sumber daya manusia, kaitan-kaitan dengan berbagai komponen di luar sistem. Faktor - faktor tersebutlah yang akan membentuk lingkungan sehingga berpengaruh terhadap sistem pertanian yang akan terbentuk. Adapun sistem pertanian tersebut meliputi: sistem lading, sistem tegal pkarangan, sistem sawah, dan sistem perkebunan. Dari masing-masing sistem pertanian mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing.

3.2 Saran

Pertanian di berbagai daerah berbeda-beda karena faktor penyusun sistem pertanian berbeda tiap daerah. Seharusnya daerah untuk bertanam menyesuaikan pada kondisi lingkungan agar sistem pertanian dapat digunakan secara maksimal.