Sunday 6 July 2014

Indonesia Sebagai Negara Agraris



Indonesia secara sisi astronomi terletak di antara 6º LU – 11º LS dan 95º BT - 141º BT, antara Lautan Pasifik dan Lautan Hindia, antara benua Asia dan benua Australia, pada pertemuan dua rangkaian pergunungan, yaitu Sirkum Pasifik dan Sirkum Mediterranean dan dilalui oleh garis khatulistiwa. Letak astronomi menunjukan bahwa Indonesia terletak di iklim tropis yang memiliki 2 musim dan memiliki curah hujan yang cukup tinggi sehingga banyak jenis tumbuhan dapat hidup dan tumbuh dengan cepat, sedangkan dilihat dari sisi geologi Indonesia terletak pada titik pergerakan lempengan tektonik sehingga banyak terbentuk pegunungan yang kaya akan mineral dan tanah yang subur.
Melihat dari sisi astronomi dan geologi Indonesia, tak salah jika masyarakat Indonesia mayoritas bermata pencaharian pada sektor pertanian yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan nasional. Apabila hal tersebut dijadikan parameter, bisa dibilang Indonesia adalah negara agraris. Sebagai negara agraris yang mempunyai kekayaan alam melimpah diharapkan mampu memenuhi kebutuhan pangan untuk warganegaranya dari produksi dalam negeri. Namun kenyataanya, saat ini Indonesia masih saja mengimpor pangan dari luar negeri, tidak hanya beras sebagai makan pokok tetapi pangan lainnya seperti gandum dan kedelai. Selain itu masih banyak petani yang hidup miskin dan penduduk yang menjadi sentra produksi pangan mengalami kelaparan.
Banyak faktor yang membuat Indonesia sebagai Negara agraris tidak dapat memenuhi kebutuhan pangan untuk negaranya sendiri.
Faktor-faktor tersebut diantaranya:
  1. Pertanian di Indonesia berbau politik, maksud berbau politik disini adalah setiap kegiatan pertanian selalu di tentukan oleh para pejabat tinggi negri yang duduk di bangku pemerintahan sedangkan pejabat tinggi tersebut tidak ahli dan menguasai permasalahan dalam bidang pertanian, misalkan mentri lulusan sarjana ekonomi bisa menjadi menteri pertanian.
  2. Para sarjana atau yang ahli dalam bidang pertanian tidak ingin berkecimpung dalam atau dunia pertanian mereka lebih memilih berkecimpung dalam dunia perbangkan atau pertambangan karena menurut mereka berkecimpung dalam dunia pertanian tidak akan mendapat penghasilan besar, sehingga sektor pertanian dipegang oleh masyrakat berpendidikan rendah yang tidak memiliki kompetensi dan keahlian yang memadai untuk mengolah pertanian dan hasil pertanian pun tidak maksimal dan memiliki kualitas rendah.
  3. Tanggapan masyarakat tentang petani, dalam pola pikir masyarakat sekarang menjadi petani itu merupakan pekerjaan rendah dan tidak dapat diandalkan.
  4. Lahan pertanian yang terbatas, banyaknya lahan yang dialih fungsikan dari lahan pertanian menjadi kawasan industri ataupun kawasan perumahan.
  5. Rendahnya kualitas bahan pangan yang dihasilkan, sehingga masyarakat memilih produk impor disbanding produk dalam negeri
  6. Adanya permainan dana dalam setiap kegiatan pertanian, seperti gapoktan yang diberikan pemerintah sebesar 100juta namun pada setiap persinggahan tempat uang tersebut dipotong sehingga jumlah nominal uang yang diterima petani sangat sedikit, sedangkan petani harus mengembalikan uang tersebut lebih besar dari yang diterima.
nah menurut saya itu semua adalah faktor-faktor yang menjadikan negara Indonesia sebagai negara agraris selalu mengimport pangan dari luar negeri. setelah melihat faktor-faktor tersebut, saya punya beberapa solusi diantaranya: Pertama, ubah pola pikir masyarakat tentang pertanian dengan cara angkat derajat para petani agar masyarakat tidak mengganggap rendah pekerjaan petani atau pekerjaan apapun dalam bidang pertanian. Kedua, berilah fasilitas-fasilitas pertanian (seperti penyuluhan, alat-alat pertanian, ataupun bahan untuk menanam seperti benih) kepada para petani setidaknya walaupun pendidikan mereka rendah tetapi mereka mendapatkan ilmu yang cukup untuk mengelola bidang pertanian tersebut. Ketiga, perlunya pengawasan pemerintah terhadap dana yang dikeluarkan oleh pemerintah dan apabila terjadi penyalahgunaan pihak yang berwajib haruslah bersikap tegas. Keempat, jalankan program bank pertanian, bank pertanian ini menyangkut kepada bank tanah, peminjaman modal dengan suku bunga kecil atau menjalankan sistem bagi hasil, peminjaman alat-alat pertanian. Kelima, perlunya meningkatkan kualitas barang pangan sehingga masyarakat lebih menyukai pangan local dari pangan import. Serta pemertintah menetapkan kebijakan harga minimum dan maksimum dari petani agar petani tidak merugi terlalu besar. Keenam, dalam dunia pemerintahan seharusnya pemerintah menyesuaikan bidang keahlian dengan pekerjaanya.
Itulah beberapa langkah dalam mengatasi faktor-faktor penyebab mengapa indonesia sebagai Negara agararis pangan masih saja mengimpor bahan pangan. Semoga setiap masyarakat yang baca ini dapat membatu dalam merubah pola pikirnya terhadap pertanian karena pertanian adalah salah satu media untuk pembangunan ekonomi bangsa.

No comments:

Post a Comment