Saturday 13 June 2015

surat untuk semua stasiun televisi

Kepada semua stasiun televisi..
Yang terhormat..
Ijinkan saya memberi kritik dan sarannya..

Tentang acara pertandingan tinju yang selalu ditayangkan secara langsung..
Beberapa pertanyaan saya ajukan kepada anda..

Apa itu sebuah keuntungan penayangan bagi kalian?
Mungkin kebanyakan dari stasiun televisi menjawab 'iya itu keuntungan' karena akan mendapatkan ranting penanyangan tertinggi.

Namun apakah anda tidak berpikir siapa saja yang menyaksikan acara tersebut?

Mungkin anda mentargetkan program ini akan disaksikan hanya untuk orang desawa.

Kenyataannya..
Banyak anak di bawah umur, dengan kondisi labil menyaksikan tayangan ini. Tanpa bimbingan orang tua, atau orang tua yang pengemar tinju pun mengajak anaknya untuk menyaksikan ini..

Menyaksikan adu kekuatan otot, adu ketangkasan, adu pukulan.

Bukankah segala tindakan tidak baik, tidak boleh ditayangkan di televisi? Karena akan menjadi percontohan yang tidak baik?. Dan seharusnya film seperti ini di sensor?

Ketika orang tua berkata pada anaknya bahwa 'hal seperti ini tidak boleh di tiru'. Hal itu tidak menyamin kalau sang anak dibawah umur tak akan meniru. Apalagi remaja labil, yang ketika saat itu dirinya tak berfikiran untuk melakukan hal seperti itu, namun apabila ia sedang bertengkar 'bisa saja ia mengunakan hal seperti itu'.
Tak ada yang mengajarkan, hanya ilustrasi dari sebuah penanyangan di televisi lah yang mengajarkannya.

***
Setiap adik saya menonton tinju, dia selalu mempraktekan bagaimana sang petinju itu memukul lawannya. Hingga lawannya tak berkutik.
Adik saya masih duduk dibangkus sekolah pertama, namun dengan perawakan besar hingga terlihat seperti sudah dewasa. Bahkan jika kami lagi akur dan pergi berdua.
 Kami, tidak selalu akur bahkan lebih sering bertengkar. Pertengakaran selalu berawal dari adu mulut yang saya mulai. Namun dia malah membalas menggunakan kekerasan..
Badan saya yang lebih kecil dan tenaga yang sedikit.. mengakibatkan saya selalu tak bisa melawan.
Tak jarang pertengkaran tersebut meninggalkan bekas lebab biru atau merah. Mungkin itu yang terlihat dari fisik.

Terkadang sering merasa ada yang aneh seperti kesemutan sama telapak kaki bekas di injak atau dipelintir, atau tangan dan kaki yang terasa bengkok tulangnya *lebai?, itu yang saya rasakan.*

Peran seorang kakak perempuan pun apabila ingin memisahkan kami bertengar sering menjadi sasaran pukulan, atau malah balik melawan dan bertengakar kepada dia.

Dan peran orang tua tidak luput disini..
Mereka mencoba memisahkan kami, memberi tahu namun emosi adik saya semakin menjadi. tak jarang pukulan atau lemparan benda-benda di sekeliling mereka pun menjadi saksi. Betapa buruk sikap adik saya.

Dari peristiwa inilah saya semakin minta kepada pihak stasiun televisi untuk menayangkan dengan pembelajaran yang baik.
Sebelum semakin banyaknya masyarakat menggunakan kekerasan dan menjadi korban.
Salam hormat..
Terimakasih.

No comments:

Post a Comment