Saturday 23 May 2015

bocah banget sih gue..

Itulah kalimat sering saya ucapkan dalam hati ketika..
Merasa marah atau nangis karena hal sepele..

banyak hal yang saya lewati, kalo saya ga suka kerjaannya nangis, marah atau ngambek.. :D
Inilah salah satu kekurangan saya..

Sadar..
Di usia yang sudah dibilang bukan remaja lagi..
seharusnya saya bisa lebih bijak dalam hal mengatur emosi..

Biar apa??
Biar di anggap dewasa??
Wkwkwk..

Saya pernah nyoba, namun gagal..
Sifat itu terus keluar dengan sendirinya..

***
Kejadian jatoh dari motor sebelum SMPN 10 KOTA SERANG.

Yang membuat kaki saya terluka, berdarah hingga terlihat dagingnya..
Dan beberapa lecet di tangan saya yang awalnya hanya perih namun lama kelamaan jadi berdarah..

Sampai saat ini saya ingat kejadian tersebut..

Ketika jatoh wajah dan kepala membentur jalanan aspal dengan posisi badan terpelungkep (tengkurep).
Diam beberapa menit kemudian dan langsung berdiri, mengusap kotoran jalan aspal yang menempel di baju..

Mulut tak berhenti komat kamit. Mengucap "astagfirullah"

Mataku berputar mengelilingi tempatku berdiri..
Semua orang berhenti sejenak..
Memperhatikanku..

ku cari..
Motor bergigiku..
Dia tergeletak tak jauh dari tempatku berdiri..

Dari arah itulah ku temui dua orang memakai helm menghampiriku..
Menuntunku ke pinggiran jalan tak beraspal.
Menanyakan kondisiku..
Aku hanya menggangguk dan menjawab "ga apa-apa" sambil memeriksa tubuhku..
Manakah yang luka??

Mata bebinar menahan tetesan air mata yang ingin keluar dari sarangnya..


Ketika mendapati..
Kaki tak bersepatu..
"Lohh.. mana sepatunya??"

Kakiku hanya..
Nampak putih..
Kulit coklatku sudah terkelupas..

Dan saat itu teringat nasihat mamah
"Kalo luka cepat kasih air ludah, biar ga keluar darah banyak"

"Mamah.."
Terfikirnya nama tersebut membuatku semakin ingin menjatuhkan air mata di pipi..
"eni jatoh mah.. mamah kesini.." hanya terucap dalam hati.. tak ada yang mendengar..

Semua sorot mata dari pengendara mobil maupun motor hanya menatap dan berlalu..
menatapku dengan sorot mata "KASIHAN"

"De.. tinggal dimana? Mau kemana?"
"Saya tinggal di perum *** mau ke kampus pak"
Salah satu dari dua orang itu terus bertanya tentangku..
Dan memintaku untuk ke klinik..

Sempat menolak karena memikirkan "duhh kuliah gimana? Kesiangan ini.."
"Duuhh ini yang ngajarkan dosen baru"

Namun karena perkataan dia "kalo ga diobatin secepatnya takut infeksi"

"Infeksi??"
Kulihat lagi kaki putihku..
Nampak mulai memerah..
Menampakan darahnya..

Deg.. deg.. deg..
Cuma karena alasan itu aku mau ke klinik..

Sepanjang perjalanan menuju klinik..
Pipiku sudah basah..
Basah dengan air mata..

Menangis layaknya anak 5 tahun jatuh dari sepedah.. sambil mengendarai sepedahnya menuju rumahnya..

Wkwkwk lebai?? Ihii tapi gitu diani mah..

Sesampai klinik..
Berusaha telfon mamah ataupun papah..
Tak ada satupun yang menjawab..

"Ayoo masuk keruang berobat" ucap dokter cantik..

"Bentar yahh.. nunggu mamah dulu.." suara tangisan terdengar pelan..
Keluar ruangan, bolak-balik menunggu jawaban telfon..

Beberapa menit kemudian..
"Ayoo udah sini masuk.. nanti kalo ga diobatin luka bisa infeksi"

"Dok, saya mau nunggu mamah dulu.."
"Udah gapapa, ini cuma diobatin dikit doang ko"

Kali ini tangisannya mulai terdengar keras..

"Ini mau diapain.."
"Cuma di obatin dan di tutup lukanya"
"Ga di jahitkan??"
"Engga, lagian lukanya ga terlalu parah"

Dokter mulai membersihkan kotoran di kaki..
Terasa perih.. perih bangett..
Lalu melumuri dengan obat merah alias betadine..
Ini obat yang saya takutin ketika terjadi lecet di tubuh saya.

"Udah jangan nangis aja" ucap dokter cantik
Tak memperdulikan ucapannya saya pun terus menangis..
"Umurnya berapa? "
"20thn"
"Tuhkan udah besar.. masa masih mau nangis gini"
Lagi dan lagi tak memperdulikan ucapan dokter..

Dann terus menangis ketika dalam perjalanan pulang hingga di rumah..

***
Mah.. pahh.. seandainya kalian disini..
diani ga akan sendirian menahan perihnya diobatin..
Diani bisa megang tangan kalian untuk menahan perihnya..

No comments:

Post a Comment